KASIR4D - Kali ini aku akan bercerita dewasa lagi tentang pengalaman setengah baya. kali ini berjudul Wedding service bukan wedding organizer loh yaaa.. Yuks disimak artikelku hari ini..
Waktu itu teman saya mengajak saya menjadi panitia pernikahan salah satu sepupunya disalah satu gedung pertemuan di daerah Jakarta Selatan. Ketika aku sedang mengambil makanan handphone-ku bergetar.
“Hallo..”
“Hallo Revi.. Apa kabar? Koq kalau makan nggak ngajak ngajak aku sih.”
“Eehh.. Mbak Ratih. Apa kabar?”
“Aku baik. Kamu?”
“Baik.. Mbak dimana sih? Koq tahu aku lagi mau makan?”
“Ada di belakang kamu.”
Aku menoleh dan Mbak Ratih melambaikan tangan. Mbak Ratih memakai kebaya dan rambutnya yang sebahu dibiarkan tergerai dengan model shaggy.
“Apa kabar Mbak.?” sambil mencium pipinya.
“Aku baik Vi, kamu ngapain disini?” Mbak Ratih menggandeng tanganku dan menarik aku kesudut ruangan.
“Sepupu teman kawin, terus aku dimintain tolong jadi panitia. Mbak Ratih ngapain disini? sendirian?”
“Undangannya buat suamiku tapi dia lagi ke luar negeri, jadi aku wakilin dia deh. Aku nggak sendirian, kan ada kamu,” sambil tersenyum manis dan menyalakan rokoknya.
“Yee. Naik apa Mbak?”
“Naik mobil dong, masa naik becak.”
“He.. he.. aku juga tahu kalau itu.”
“Kamu pulang sama siapa Vi?”
“Aku pulang sendiri aja, habis makan aku ganti baju terus pulang kali. Capek banget dari siang aku sudah disini.”
“Kamu balik bareng aku aja ya Vi. Nanti kalau sudah selesai ganti baju, aku tunggu di mobil ya.”
Aku mengangguk lalu berganti baju memakai celana pendek, t-shirt dan sepatu kets sementara celana panjang dan lainnya aku letakkan di ranselku. Aku menuju tempat parkir dan masuk ke mobil Mbak Ratih.
Aku duduk di sebelah kiri, Mbak Ratih mengemudikan mobilnya keluar dari gedung. Mbak Ratih mengemudikan mobil menuju ke arah rumahnya di bilangan Permata Hijau, dan memasukkan mobilnya langsung ke dalam garasi rumahnya.
“Katanya mau anterin aku pulang, kok aku diculik ke sini sih?”
“Kamu temanin aku ya malem ini, aku bete nih sendirian di rumah”
“Terserah Mbak aja deh.” Togel Online
“Nah gitu dong, masuk yuk Vi.”
Mbak Ratih mengajak aku masuk dan mempersilahkan duduk diruang keluarga. Di ruang itu terdapat sofa besar dan TV berukuran besar lengkap dengan sound systemnya.
Mbak Ratih memanggil Bi Tati pembantunya dan menyuruhnya untuk membuatkan minum. Aku memang sudah mengenal semua anggota rumah Mbak Ratih termasuk supir dan pembantunya, karena mantan pacarku dulu pernah bekerja menjadi asisten pribadi Mbak Ratih.
“Makasih ya Bi, apa kabar?”
“Baik Den Revi, silahkan minum lho.”
“Minum gih, aku ganti baju dulu ya vi.”
“Oke Mbak.”
Aku menyalakan TV dan menonton film sex and the city di Trans TV, Mbak Ratih menganti bajunya dengan celana pendek dan kaos lengan dan rambutnya diikat pony tail. Mbak Ratih duduk disebelahku dan menyalakan rokok. Aku terus memperhatikan Mbak Ratih.
“Kenapa sih kamu koq lihatin aku terus?”
“Mbak cakep sih.”
“Ngerayu nih atau ngeledek?” sambil mencubit pahaku.
“He.. he.. he.. Dua duanya donk.” sambil kupeluk pundaknya.
Mbak Ratih menggeser posisi duduknya sehingga tubuhnya bersandar di tubuhku sementara tanganku memeluk pinggangnya dari belakang. Sesekali aku meraba payudaranya dan mencium lehernya. Aku terus mencium leher dan telinganya.
“Sss.. Mmm.. Vi.. Mmm.. Mph.. Mph..” sambil aku terus meraba dan meremas payudaranya.
Mbak Ratih mematikan rokok lalu memutar tubuhnya dan aku mencium Bibirnya. Aku dan Mbak Ratih berciuman dan saling memainkan lidah. Mbak Ratih mulai mengelus penisku dan memasukkan tangannya ke dalam celanaku. Aku membuka bajunya dan meremas remas payudaranya.
“Ouh.. Vi.. Remes tetekku say.. Remes sayang.. Revi buka celana kamu dong.” sambil tangannya mengocok dan mengelus batang penisku.
“Mmmpphh.. Ssshh.. Ouh.. Ouh.. Mbak aja deh yang buka.”
Mbak Ratih kemudian menarik turun celana pendek dan celana dalamku, Mbak Ratih menunduk dan menjilati serta menghisap batang penisku yang sudah tegang.
“Aahh.. Mbak.. Isep penisku Mbak.. Ssshh.. Ouh enak banget.. Ouh mmpphh.. Mmpphh.. Yes.. Ouh.. Uh. Aahh..”
Mbak Ratih terus menjilati batang penisku dan memainkan lidahnya diseluruh batang penisku juga urat dibalik kepala penisku. Aku membuka baju serta BH dan menarik turun celananya berikut celana dalamnya. Aku meraba vaginanya dan menusukan jariku ke dalam vaginanya.
“Oouuhh.. Vi.. Yes.. terus say. terus. Ouh ouh.. Yess. Yess. Fuck me.. Fuck me.. Cepet say.. Gerakin jari kamu yang cepet.. Yes.. Ouh. Ouh.. Yeess..”
Aku semakin cepat mengocok dan memainkan jariku didalam vaginanya, tak lama kemudian tanganku terasa basah dan vagina Mbak Ratih terasa menjepit dan tangannya mencengkeram pahaku serta Mbak Ratih mencium dan menggigit Bibirku.
“Mmmpphh.. Mmpphh.. Yyyeess.. Aku keluar sayangg.. Yyeess” Mbak Ratih setengah menjerit tertahan.
Mbak Ratih melanjutkan aksi mulutnya di penisku yang sempat tertunda sebentar, tangannya terus mengocok dan memijat naik turun batang penisku.
“Aaahh.. Mbaakk.. Euh euh.. Yess.. Euh.. Ahh.. Aku mau keluar..” tubuhku menegang dan air maniku tumpah didalam mulut Mbak Ratih dan belepotan di tangannya, Mbak Ratih terus menjilati dan menghisap sisa sisa air maniku yang masih menetes dari penisku. Aku memeluk Mbak Ratih dan mencium Bibirnya lalu kurebahkan Mbak Ratih diatas sofa langsung saja aku menjilati vaginanya dan menghisap klitorisnya.
“Oouuhh.. Vi. Yes.. Jilat terus say.. Jilat vaginaku. Aahh. Ouh ouh.. Yes. Masukin vi.. Masukin sayang.. Aku sudah nggak tahan nih..”
Mbak Ratih memintaku untuk duduk di sofa, Mbak Ratih membuka kakiku dan menjilati batang penisku hingga basah dengan air liurnya. Setelah beberapa saat, Mbak Ratih mengangkangi pinggangku dan menuntun masuk penisku menuju vaginanya. Penisku perlahan tapi pasti hilang ditelan vagina Mbak Ratih, Mbak Ratih menaik turunkan tubuhnya dan sesekali memutar pantatnya dan aku menghisap, meremas remas kedua payudaranya.
“Ouuhh.. Vi.. Enak banget sayang.. Yess.. Yess.. Vi.. Dorong sayang.. Dorong yang kenceng..” desah Mbak Ratih setengah menjerit tertahan sewaktu aku mengocok penisku di vaginanya dengan cepat dan keras. Mbak Ratih terus memompa tubuhnya naik turun dan sesekali memutar pantatnya, payudaranya bergoyang tak menentu, tubuhnya bertumpu pada tangannya yang mencengkeram pahaku.
Rambutnya yang panjang sesekali menggelitik dadaku pada saat Mbak Ratih menundukkan kepala dan menggelitik pahaku waktu Mbak Ratih menengadahkan kepalanya kebelakang. Aku menggendong Mbak Ratih dan merebahkannya diatas karpet dan kupompa tubuhnya dengan cepat.
“Ouhh.. Vii.. Yes yes.. Ouh.. Mmpphh.. Mmpphh.. Yess.. Kenceng sayang yang kenceng say.. Aku sudah mau.. Keluarr..” Mbak Ratih mendesah panjang, tubuhnya menegang dan bergetar dan penisku terasa dibasahi oleh cairan kehangatan Mbak Ratih. Hal ini membuatku semakin terangsang dan terus memompa tubuh Mbak Ratih.
Setelah beberapa lama aku berdiri dan menarik Mbak Ratih agar berlutut, kukocok penisku dihadapannya sementara Mbak Ratih memegang pahaku dan sesekali menjilati terkadang menghisap kepala penisku.
Aku terus mengocok di hadapan wajahnya dan tanpa sengaja aku melihat pintu dapur yang sedikit terbuka dan tampak Bi Tati sedang berdiri dibalik pintu mengintip perbuatanku dengan majikannya. Aku terus mengocok dan memasukan penisku ke mulut Mbak Ratih minta dijilat atau dihisap.
“Ouuhh.. Mbaakk.. Yes.. terus Mbak.. Isep terus.. Yess.. Ouh.. Bentar lagi Mbak.. Bentar lagi.. Aku mauu.. ahh..” desahku panjang bersamaan dengan keluarnya airmaniku dan mengenai wajah Mbak Ratih serta sebagian menetes ke payudaranya. Mbak Ratih menjilat dan menghisap sisa sisa air maniku.
Aku dan Mbak Ratih berciuman. Kami berdua membereskan pakaian yang berantakan di ruang TV dan menuju kamar. Aku langsung tertidur sambil memeluk Mbak Ratih. Esok harinya Mbak Ratih membangunkan aku dan berpesan agar aku jangan pulang dulu sebelum Mbak Ratih pulang.
“Jangan pulang dulu ya Vi, sebelum aku dateng.”
“Memang Mbak mau kemana?”
“Aku mau ke bank dulu terus mau studio dulu ada yang mau aku urus, kalau mau sarapan minta siapin Bi Tati aja ya.”
Mbak Ratih mencium Bibirku dan pergi meninggalkan kamar. Terdengar suara Mbak Ratih meminta Bi Tati agar menyiapkan sarapan buatku. Tak lama kemudian terdengar suara mobil Mbak Ratih meninggalkan rumah.
Aku bangun dan berjalan keluar kamar dan mencari Bi Tati dan ternyata Bi Tati sedang mandi. Kamar mandi Bi Tati terletak di belakang rumah dan diatasnya terdapat lubang angin yang cukup besar. Aku mengambil kursi dan mengintip Bi Tati yang sedang mandi. Bi Tati umurnya hampir sama dengan Mbak Ratih sekitar 39 tahun. Tubuh Bi Tati lebih kurus dibanding dengan majikannya tingginya sekitar 165cm, kulitnya sawo matang, wajahnya biasa tapi manis tipikal orang Jawa Tengah.
Aku mengintip melalui lubang angin diatas pintu tampak Bi Tati sedang menyabuni tubuhnya dan meremas remas payudaranya yang berukuran 34 secara bergantian, tampak bulu bulu lebat di vaginanya. Penisku kembali tegang melihat pemandangan itu. Ketika Bi Tati mengambil handuk, aku langsung buru buru masuk ke dalam rumah dan duduk menonton acara TV. Tak lama kemudian Bi Tati masuk dengan rok terusan panjang semata kaki berwarna biru muda memetakan bentuk tubuhnya dan rambutnya yang panjang sebatas pinggang dibiarkan tergerai lepas.
“Eh Den Revi sudah bangun, mau sarapan Den?”
“Mau dong.. Laper nih, masak apa Bi? Habis mandi ya Bi Tati?” Bi Tati mengangguk, aku berdiri menuju meja makan, sementara penisku yang berdiri tegang tampak jelas tercetak dibalik celana pendekku karena aku memang sengaja tidak mengenakan celana dalam.
“Bibi masak nasi goreng sama telor ceplok setengah mateng nih.”
Aku sengaja berdiri disamping Bi Tati dan melihat makanan apa yang disediakan olehnya sehingga tanpa sengaja penisku menyenggol pinggulnya. Bi Tati hanya diam dan tak bereaksi lalu kusengaja kugesekan penisku di pinggulnya terdengar nafasnya mulai tak beraturan. Lalu aku duduk dan mulai makan. Tak lama kemudian Bi Tati datang membawa minuman.
“Ini minumnya, sama tadi ibu suruh Bibi untuk kasih vitamin ini.” sambil memberikan vitaminnya kepadaku.
“Makasih ya, Bi Tati nanti pijitin aku ya, pegel nih badanku.”
“Baik Den, nanti kalau sudah selesai makan panggil Bibi aja ya.”
“Ehh.. Bibi nggak usah kemana mana, temanin aku ngobrol aja disini, kan nggak enak makan sendirian.”
Aku dan Bi Tati banyak mengobrol, Bi Tati bercerita bahwa suaminya bekerja di perkebunan daerah Sumatra dan pulang hanya dua tahun sekali.
Selesai makan Bi Tati membereskan meja makan dan sekalian membersihkan ruangan. Aku menyalakan TV dan memutar film yang ada di rak dvd yang ada disamping TV. Film yang aku putar tergolong kategori X2 sehingga banyak menampilkan adegan adegan panas yang tidak terlalu vulgar seperti dalam film kategori X3.
Aku menonton film sambil berbaring disofa dan penisku yang tegang akibat melihat adegan panas di film mencetak bentuk penisku di celana bicycle pants yang aku pakai. Bi Tati membersihkan karpet diruangan itu sambil sesekali melihat adegan di film dan melirik ke arah penisku. Setelah selesai membersihkan rumah, Bi Tati menanyakan apakah aku jadi dipijat atau tidak. Aku mengangguk mengiyakan.
“Bentar ya Den Revi, Bibi mau cuci tangan dulu ama ambil cream pijitnya ibu.”
“Ya Bi.. Disini aja sambil nonton TV.”
“Ya Den, disofa saja, Ibu juga kalau dipijit suka disofa koq.”
Bi Tati masuk kekamar Mbak Ratih dan mengambil sebotol cream juga selembar sprei untuk melapisi kain sofa dan selembar handuk. Aku membuka bajuku dan Bi Tati mulai memijat punggungku, setelah selesai memijat punggungku Bi Tati mulai memijat kakiku.
“Den Revi celana pendeknya dibuka aja ya, biar nggak kena cream, soalnya kalau kena cream, susah hilangnya kalau dicuci.”
“Nggak ah. Malu kan.”
“Ndak pa pa koq, kan nanti ditutupin pake handuk.”
“Iya deh.” sambil melepas celana pendekku dan mengenakan handuk yang diberikan oleh Bi Tati, lalu aku langsung kembali tengkurap di sofa.
Bi Tati mulai memijat telapak kedua kakiku. Setelah telapak kaki dan betisku Bi Tati mulai memijat paha kananku dan sesekali jari jarinya menyerempet buah zakarku, selesai dengan yang kanan Bi Tati mulai memijat paha sebelah kiri.
“Balik badan dong Den Revi, sekarang dadanya Bibi pijitin ya.”
Aku membalikkan tubuh terlentang, handuk di pinggangku sedikit terbuka. Bi Tati menggeser tanganku diatas pangkuannya agar dia lebih leluasa memijat dadaku. Bi Tati memijat dadaku sementara aku mengelus elus punggung Bi Tati dan Bi Tati tidak bereaksi hanya tersenyum manis.
“Bi.. Kakiku pijit lagi ya, masih pegel nih.”
“Sebentar ya Den Revi, dikit lagi nih tinggal perutnya.” sambil memijat perutku sesekali tangannya menyenggol penisku yang sudah tegang dari tadi.
Selesai memijat perutku Bi Tati mulai memijat pahaku lagi dan kubiarkan handukku terbuka sehingga memperlihatkan penisku yang sudah tegang. Aku pura pura tidur, kuintip Bi Tati yang sesekali melihat penisku.
Selesai dengan kakiku Bi Tati menarik tangan kiriku untuk dipijat, waktu Bi Tati memijat tanganku posisi telapakku persis di depan payudaranya dan dengan sengaja kugerakkan tanganku sehingga menyenggol payudaranya. Demikian juga pada saat Bi Tati memijat tangan kananku.
Kuberanikan meraba payudaranya dan mengelusnya dari luar pakaiannya.
“Den Revi, jangan dong.” setengah menolak tapi tidak berusaha menyingkirkan tanganku dari payudaranya. Aku terus memberanikan diri meremas remas kedua payudaranya.
“Ssshh.. Den Oovvii.. Mmm..” dia mendesah, aku duduk dan menarik tangannya ke arah penisku. Bi Tati hanya meremas remas penisku.
“Bi Tati, jangan diremes gitu dong kan sakit.”
“Maaf Den, abis Bibi gemes sih.” Bi Tati merubah remasan tangannya menjadi kocokan yang lembut di batang penisku. Aku mencium Bibirnya dan Bi Tati membalas ciumanku, aku mulai meraba pahanya dan mengangkat roknya.
“Ouuhh.. Denn Revi.. Mmm.. Sss..” desahnya pelan.
Aku meraba celana dalamnya yang sudah basah karena sudah terangsang dan kuselipkan jariku ke dalamnya. Kumasukan jariku ke dalam vaginanya dan kukocok vaginanya dengan jariku. Aku merebahkan Bi Tati disofa, aku berlutut disampingnya sambil meremas remas payudaranya dan berciuman dengannya.
“Euh.. Euh Den.. Den Revi.. Bibi mau pipis Den.. Ah.. Den Revi.. Ahh..” desahnya panjang, vaginanya terasa berdenyut dan kakinya menegang serta tangannya memegang erat tubuhku.
“Bi Tati lega?” tanyaku sambil terus memainkan jariku didalam vaginanya sementara tangan Bi Tati kembali mengelus dan mengocok batang penisku. Kusodorkan penisku ke arah mulutnya.
“Isep Bi, jilat penisku.. Ouh.. Yes.. Euh.. Euh..” desahku ketika Bi Tati mulai memasukan batang penisku ke dalam mulutnya dan lidahnya menjilati batangnya.
“Den Revi gede amat sih penisnya, bibi sudah lama nggak ngerasain ini.” sambil kembali menghisap dan menjilati batang penisku. Bi Tati menghisap sambil mengocok penisku dengan tangannya.
“Ouh.. Bi Tati.. terus Bi.. Ahh. Enak Bi.. Lagi Bi Tati.. Isep.. Kocok Bi.. Enakk.. Ahh”
Desahku menikmati hisapan, permainan lidah serta tangannya di batang penisku. Kepalanya bergoyang tak beraturan kekiri kekanan, rambutnya yang panjang bergoyang tak beraturan.
“Ouh.. Bi Tati.. terus Bi.. Enak Bi.. Aaahh..” desahku panjang dan muncratlah air maniku didalam mulut Bi Tati. Bi Tati membuka mulutnya sehingga air maniku bertumpahan diatas kain penutup sofa.
“Den Revi koq enggak ngomong sih kalau mau keluar, jadi ketelen sedikit deh pejunya.”
“Maaf Bi, aku nggak sengaja, habis Bi Tati enak sih ngisep penisku.”
Bi Tati mengambil tissue diatas meja dan membersihkan sisa air maniku. Aku mencium bibir Bi Tati dan membuka rok terusan yang dipakainya dan selanjutnya BH dan celana dalamnya. Bi Tati sudah telanjang dihadapanku. Payudaranya masih kencang dan putingnya berwarna coklat tua menantang untuk dihisap.
Bi Tati duduk disampingku dan mulai mengocok penisku, kuremas remas payudaranya dan kuhisap putingnya, Bi Tati mendesah tak karuan sementara tangannya terus mengocok penisku yang sudah tegang kembali. Kutarik kepala Bi Tati agar menghisap lagi penisku, setelah Bi Tati membuat basah penisku kurebahkan Bi Tati diatas karpet lalu kurentangkan kedua kakinya dan kugesekan penisku di vaginanya sambil kumainkan klitorisnya dengan ibu jariku.
“Uuuhh.. Den Revi.. Masukin penisnya.. Masukin Den.. Bibi sudah nggak tahan nih..” desahnya dan tangannya mencoba menarik penisku agar dimasukkan ke dalam vaginanya tapi tidak kubiarkan dia memegang penisku. Kubiarkan dirinya memohon dan memintaku agar segera memasukan penisku ke liang kehangatannya.
“Den.. Masukin dong.. Ooohh.. Masukin ke vaginaku dong.. Jangan digesek terus.. Den Revi..” Bi Tati setengah berteriak ketika aku mendorong masuk penisku dengan tiba tiba. Aku terus mengocok vaginanya dengan penisku, setelah beberapa lama.
“Ohh.. Denn.. Aahh.. terus Den.. Bibi mau dapet lagi.. Iyaa.. Ohh.. Den kocok yang keras.. Bibi mau dapet lagi.. Ahh.. Aahh.. Bibi dapet Den.. ahh..” desah Bi Tati dan vaginanya terasa lebih basah karena cairan kenikmatannya membanjiri vaginanya. Aku terus menggenjot tubuhnya lalu kuputar tubuhnya sehingga posisi tubuh Bi Tati tengkurap dan aku menindih tubuhnya dari belakang.
“Den Revi.. Ouh ouh.. Enak Den.. Enakk.. Euh euh.. terus Den.. Den Revi.. Mpphh.. Den ovvii.. Bibi mau dapet lagi.. ahh..” Bi Tati mendesah panjang dan terasa vaginanya berdenyut kencang. Hal ini membuat penisku terasa lebih dijepit, aku terus memompa vagina Bi Tati.
“Ouh.. Ouh Den.. terus Den.. Enak banget.. Dorong Den.. Yang dalem Den.. Ouh.. Denn”
“Ouh Bi Tati.. Aku mau keluar Bi.. Mau keluar..” Kasir4D
“Bareng Den.. Den Revi.. Bareng Den.. Bibi juga sudah mau lagi..”
“Iya Bi.. Kita keluar bareng ya.. Bi Innaahh.. Aahh.. Ouhh.. Ouhh..”
“Tahan Bi.. Bi Tati tahan.. Bentar lagi Bi.. Aku sudah mau keluar..” aku terus memompa tubuhnya sementara Bi Tati mencengkeram kaki meja dengan kencang dan kepala bergoyang tak beraturan.
“Den Revi.. Bibi sudah nggak kuat.. ahh.. Ayo Den.. keluar bareng Den Revi..”
“Bi aku mau keluar.. Sekarang Bi..”
“Ouh Den.. Enak Den.. Bibi enak Den.. Keluarin Den.. Keluarin pejunya di vagina bibi Den.. Ouh.. Anget Den.. Peju Den Revi anget.. Jangan dicabut dulu Den penisnya.. Ouh ouh.. Den Revi.. Enak Den..”
Lalu kucabut penisku dan dilapnya penisku oleh Bi Tati. Bi Tati mencium penisku dan menghisapnya sebentar dan membiarkanku istirahat.
“Makasih ya Bi Tati, vagina bibi enak banget.”
“Sama Ibu enak mana?” aku hanya tersenyum.
“Sama enaknya koq Bi.. Tadi malam Bibi ngintip ya?”
“Lho koq Den Revi tahu?” wajahnya menunjukan keterkejutannya.
“Aku liat koq Bi Tati ngintip dari pintu dapur.”
“iya Den.. Maaf ya.. Abis tadi malem bibi nggak bisa tidur.. Pas mau nonton TV, eh liat Den Revi lagi diisepin ama Ibu.”
“Jadi bibi lama dong ngintip aku ama ibu lagi ‘main’?”
“Iya.. Makanya bibi jadi nafsu banget tadi malem, apalagi waktu Den Revi ngocok depan muka ibu..”
Bi Tati memakaikan celanaku dan membereskan pakaiannya lalu dia berjalan ke belakang. Terdengar suara air dibelakang, rupanya Bi Tati sedang membersihkan badan. Aku segera mandi dan berganti pakaian. Selesai mandi Bi Tati sudah mengenakan pakaiannya kembali, rambutnya yang panjang digelung ke atas dan sedang menyiapkan makan siang.
“Makasih ya Bi Tati.” sambil kupeluk dari belakang dan kuremas peyudaranya dan kucium lehernya.
“Iya Den, sama sama. Bibi sudah lama nggak kayak tadi, jangan bilang Ibu ya, nanti Ibu marah sama saya.” sambil menggelendot manja padaku.
Aku mengangguk dan menciumnya sekali lagi. Tubuhnya wangi sabun dan rambutnya digelung ke atas sehingga menampakan lehernya yang bersih. Bi Tati memang selalu merawat tubuhnya. Hanya nasib yang membedakan Bi Tati dengan Mbak Ratih. Menurutku jika Bi Tati dandan dan mengenakan baju mahal, dia tidak tampak seperti pelayan.
Menjelang sore Mbak Ratih datang dan membangunkan aku yag tertidur di depan TV. Aku segera mandi dan keluar kamar mandi hanya mengenakan handuk. Mbak Ratih hanya mengenakan daster pendek dan sedang membereskan lemari pakaiannya. Kupeluk Mbak Ratih dari belakang dan kuciumi lehernya yang putih sambil kuremas remas kedua payudaranya yang tidak mengenakan bra.
“Ouuhh.. Vvii.. Sshh.. Mmm.. Terus.. Say.. Ouh.. Sshh.. Mmpphh..”
Tangan Mbak Ratih menarik handukku, memegang penisku dan mengelus elus penisku yang sudah tegang. Kudorong tubuhnya menghadap tembok lalu kuangkat dasternya dan kuciumi serta kujilati pantatnya sambil kutarik turun CD-nya.
Mbak Ratih membalik tubuhnya, kujilati serta kuciumi bulu tipis dibawah perutnya sementara ibu jariku memainkan klitorisnya dan jari tengahku bermain didalam vaginanya. Mbak Ratih mendesah tak karuan dan mendorong kepalaku agar menjilati vaginanya.
Setelah kujilati beberapa lama tubuhnya menegang, tangannya menekan kepalaku dan Mbak Ratih mendesah sedikit berteriak menikmati orgasmenya. Aku duduk disofa dan Mbak Ratih menghisap penisku tiba tiba Bi Tati membuka pintu dan masuk membawa pakaian Mbak Ratih, tampak kaget dan menjatuhkan pakaiannya kelantai.
“I.. Ibu?” dengan nada terkejut.
“Sini Bi..”
Bi Tati duduk disamping Mbak Ratih.
“Maaf bu, saya ndak tahu kalau ibu..” sambil menundukan kepala.
“Ya sudah ndak pa pa koq Bi. Tapi lain kali ketok pintu dulu ya.”
Mbak Ratih memegang dan membimbing tangan Bi Tati ke penisku. Bi Tati tampak malu.
“Sudah Bi, ndak usah malu. Ayo sini.” Mbak Ratih sambil menarik Bi Tati menggantikan posisinya dihadapanku. Tangan Bi Tati mengelus penisku dan Mbak Ratih memeluknya dari belakang.
Bi Tati tersenyum melihatku dan mulai mengocok penisku, Mbak Ratih membuka baju Bi Tati. Bi Tati hanya mengenakan bra dan CD saja, Mbak Ratih memegang penisku dan tangannya yang satu lagi menarik kepala Bi Tati agar menghisap penisku.
“Ouh. Bi. Oh. Yeess.. Jilat Bi.. Ouh. Ouh. Aahh.” Bi Tati menjilati dan mengulum penisku, Mbak Ratih meremas remas payudara Bi Tati dan membuka bra-nya.
“Terus jilat penis Revi Bi, isep Bi.” Bi Tati mengikuti semua perkataan majikannya. Bi Tati mengulum penisku, Mbak Ratih meremas payudara Bi Tati, menciumi tubuhnya dan menelanjanginya. Bi Tati dan Mbak Ratih bergantian menghisap dan menjilati penisku.
Kuraih tubuh Bi Tati, kududukan dia diatas sofa, kucium bibirnya, lehernya, kuremas payudaranya dan kuhisap putingnya bergantian. Mbak Ratih disebelahnya juga meremas payudara Bi Tati dan memainkan klitoris dan vaginanya sendiri. Aku lalu menjilati vagina Bi Tati dan Mbak Ratih bergantian. Kedua tanganku memainkan vagina mereka. Terkadang kuhisap puting payudara Mbak Ratih dan Bi Tati bergantian.
“Ouh Vii. Yes. Isep say.. Isep putingku.. Ouh..”
“Denn.. Kocok vagina bibi.. Aahh.. Enak Den.. Uh uhh..”
Mereka mendesah tak karuan dan Bi Tati menarik kepalaku agar menjilati vaginanya.
“Oh oh.. Denn.. Jilat Den. Jilat vagina bibi.. Bibi mau dapet.. Ah..” tubuhnya menegang dan vaginanya berdenyut, Bi Tati mencapai orgasmenya yag pertama lalu aku menjilati vagina Mbak Ratih.
“Ouh Vii.. Mphh.. Mmpphh. Jilat say.. Jilat klentitku. Isep say.. Aah.. Vii.” tubuh Mbak Ratih menegang dan bergetar, kedua kakinya menjepit kepalaku, tak berapa lama jepitannya mengendur.
“Ayo Vii.. Entot aku sayang. Aku sudah nggak tahan nih..”
“Iya Den.. Bibi juga mau rasain penis Den Revi..”
Aku merebahkan mereka berdua diatas kasur, kugesekan penisku divagina Mbak Ratih. Bi Tati meremas payudara Mbak Ratih dan sesekali menghisap putingnya.
“Uh.. uh.. Vii. Masukin sayang.. Ouh.. Ouh. Isep Bi.. Isep tetekku.. Vii..” tubuh Mbak Ratih melengkung ketika aku memasukan penisku hingga mentok ke dinding rahimnya.
“Vii.. Ahh terus sayang.. Yang kenceng. Ahh. Aahh.. Bii Inaahh.. Isep..”
Mbak Ratih mendesah tak karuan, tangannya memegang kepala Bi Tati di payudaranya dan tangannya satu lagi memainkan klitorisnya sendiri. Aku terus memompa Mbak Ratih sambil memainkan vagina Bi Tati dengan dua jariku. Aku kocok vaginanya dan ibu jariku memainkan klitorisnya.
“Ouh denn.. Enak Den.. Mmpphh mmpphh.. Terus Den..” Bi Tati mendesah dan rambutnya yang disanggul ditarik lepas oleh Mbak Ratih.
“Ouh Mbak. Yess.. Aku mau keluar Mbak.. Aku mau keluar.. Mbak Ratih.. Ouh.. Yess..”
“Vii.. Bareng Vi.. Aku sudah diujung nih.. Bi isep terus.. Ouhh.. Yess.. Aahh.” tubuh Mbak Ratih bergetar, kakinya menjepit pinggulku, vaginanya terasa berdenyut dan membasahi vaginanya. Penisku terasa lebih dijepit vaginanya. Terus kugenjot tubuh Mbak Ratih dan kuputar tubuhnya sehingga membuat posisi doggy style, kutarik tubuh Bi Tati dan kucium bibirnya sambil terus kugenjot tubuh Mbak Ratih.
“Terus Vii.. Keras Vi.. Lebih kenceng say.. Aku mau keluar lagi.. Yeess.” desahnya dan tangannya mencengkeram sprei, kepalanya bergerak tak beraturan. Aku terus berciuman dengan Bi Tati dan tangan Bi Tati memijat buah zakarku menambah kenikmatanku.
Aku rebahkan Mbak Ratih dan kakinya kuletakan dipundakku, kupompa tubuh Mbak Ratih dengan keras.
“Ouhh.. Vii.. Terus say.. Aahh.. Aku mau dapett.. Revi.. terus say.. terus vi.. Ahh ahh.. Ouhh ouuhh.. Yeess..”
“Uh uh Mbak Ratih.. AaARRGGHH.. AH AAHhh.” aku mendesah panjang berbarengan dengan Mbak Ratih juga tumpahnya air maniku di vagina Mbak Ratih.
Aku merebahkan diri disampingnya. Kucium bibirnya lembut. Aku menarik tubuh Bi Tati agar mengangkangi mukaku dan kujilat vaginanya serta kuhisap hisap klitorisnya. Bi Tati mendesah dan mengerang keenakan, rambutku dijambaknya agar terus menjilati vaginanya.
“Jilat Den.. Isep klitoris bibi.. Ouh uh denn.. Bibi mau dapet..”
Bi Tati menggoyang pantatnya, vaginanya terasa basah dan kuhisap cairan yang menetes dari vaginanya. Kurebahkan Bi Tati disamping Mbak Ratih dan kumasukan penisku ke dalam vaginanya yang sudah basah.
“Ouhh Den Revi.. Enak Den.. terus Den.. Ouh ah ah ah.. Denn Revi.” aku terus menggenjot vaginanya dan kuputar pinggulku. Aku miringkan tubuhnya dan kuangkat kakinya satu kepundakku. Setelah beberapa lama kuputar tubuhnya dan kuangkat pantatnya sehingga Bi Tati dalam posisi tengkurap dan pantatnya menungging lalu kumasukan panisku ketubuhnya.
“Ouh Denn.. Enak Den.. Enak banget.. Oh oh.. Bibi mau dapet denn.. Bibi mau dapet lagi.. Ayo Den keluar bareng.. Ouh ouh..”
Bi Tati mencengkeram pinggir tempat tidur, Mbak Ratih terus meremas remas payudara Bi Tati dan sesekali mencium bibirnya.
“Ayoo Den.. Bibi sudah nggak kuatt.. Aahh aahh.. Denn.. Cepett.. Bibi sudah nggak tahann..” desahnya berbarengan dengan denyut vaginanya dan terasa basah, rupanya Bi Tati mencapai orgasmenya lebih dulu. Aku terus memompa vaginanya.
“Bibii.. Aahh aahh.. Aku mau keluar.. Bi Tati.. Aahh..” aku cabut penisku dan kukocok penisku, Mbak Ratih memutar tubuh Bi Tati agar terlentang dan mencium bibirnya serta meremas payudaranya dan aku menyaksikan adegan ciuman antara Bi Tati dan Mbak Ratih. Aku genjot kembali tubuh Bi Tati.
“Bi Tati.. Oouuhh..” desahku dan tumpahlah air maniku didalam vagina Bi Tati, kucabut penisku lalu Mbak Ratih dan Bi Tati bergantian mengulum penisku membersihkan mengharapkan sisa sisa air maniku. Aku mencium Mbak Ratih dan merebahkan diriku diatas tubuh Bi Tati.
“Makasih ya Bi, vagina bibi enak banget.”
“Iya Den, penis Den Revi gede pas di vagina bibi.” lalu aku memeluk Mbak Ratih dan mencium lembut bibirnya.
“Makasih ya Mbak.”
“Iya vii sama sama, kamu sudah ngasih Mbak kepuasan.” sambil memelukku dan mencium keningku.
Aku sempat melakukannya sekali lagi dengan Mbak Ratih dikamar mandi. Kemudian aku memesan taksi dan berpamitan untuk pulang. Demikianlah kisahku yang lain dengan Mbak Ratih.
0 comments:
Post a Comment