Sakura - Text Select

Thursday, April 8, 2021

Ngentot Dengan Teman Sekolah Seorang Perawan Tua


KASIR4D - Ada satu diantara mereka sudah jadi dosen tapi di Universitas lain, Ibu Rinna namanya. Kita semua memanggilnya Ibu maklum sudah umur 40 tahun tapi belum juga menikah.

Ibu Rinna bertanya, “Eh, kamu akhir-akhir ini kok sering ngelamun sih, ngelamunin apa yok? Jangan ngelamunin yang itu ..

Kisah Ini bermula pada waktu itu aku lagi kuliah di semester VI di salah satu PTS di Bandung. Ceritanya saat itu aku lagi putus dengan pacarku dan memang dia tidak tahu diri, sudah dicintai malah bertingkah, akhirnya dari cerita cintaku cuma berumur 2 tahun saja.

Waktu itu aku tinggal berlima dengan teman satu kuliah juga, kita tinggal serumah atau ngontrak satu rumah untuk berlima. Kebetulan di rumah itu hanya aku yang laki-laki. Mulanya aku bilang sama kakak perempuanku, “Sudah, aku pisah rumah saja atau kos di tempat”, tapi kakakku ini saking bantu padaku, ya saya tidak diperbolehkan pisah rumah. Kita pun tinggal serumah dengan tiga teman wanita kakakku. “Itu apanya Bu?” tanyaku.

Memang dalam kesehari-harianku, ibu Rinna tahu karena aku sering juga curhat sama dia karena dia sudah kuanggap lebih tua dan tahu banyak hal.

“Tahu nggak masalah yang kuhadapi? Sekarang aku baru putus sama pacarku ”, kataku. Togel Online

“Oh.. gitu ceritanya, pantesan aja dari minggu kemarin murung aja dan sering ngalamun sendiri”, kata Ibu Rinna.

Begitu bayangan aku sama Ibu Rinna sampai suatu waktu aku mengalami kejadian ini. Entah kenapa aku tidak sengaja sudah mulai ada perhatian sama Ibu Rinna. Waktu itu tepatnya siang-siang semuanya pada kuliah, aku sedang sakit kepala jadinya aku bolos dari kuliah.

Siang itu tepat jam 11:00 siang saat aku bangun, eh agak sedikit heran kok masih ada orang di rumah, biasanya kalau siang-siang bolong begini sudah pada nggak ada orang di rumah tapi kok hari ini kayaknya ada teman di rumah nih. Aku pergi ke arah dapur.

“Eh Ibu Rinna nggak ngajar Bu?” tanyaku.

“Kamu kok nggak kuliah?” tanya dia.

“Habis sakit Bu”, kataku.

“Sakit apa sakit?” goda Ibu Rinna.

“Ah .. Ibu Rinna bisa aja”, kataku.

“Sudah makan belum?” tanyanya.

“Belum Bu”, kataku.

“Sudah Ibu Masakin aja sekalian sama kamu ya”, katanya. Dengan cekatan Ibu Rinna memasak, kita pun langsung makan berdua sambil ngobrol ngalor sampai-sampai kita membahas cerita yang agak seksama. Kukira Ibu Rinna nggak suka yang namanya cerita seks, eh tau-taunya dia rekaman dengan cerita yang lebih hot lagi.

Kita pun sudah semakin jauh ngomongnya. Tepat saat itu aku ngomongin tentang perempuan yang sudah lama merasakan hubungan dengan jenis lain.

“Apa masih ada gitu keinginannya untuk itu?” tanyaku.

“Enak aja, emangnya nafsu itu usia usia gitu”, katanya.

“Oh kalau gitu Ibu Rinna masih punya keinginan dong untuk ngerasain bagaimana hubungan dengan jenis lain”, kataku.

“Jadi pasti dong”, katanya.

“Terus dengan siapa Ibu untuk itu, Ibu kan belum kawin”, dengan enaknya aku nyeletuk.

“Aku bersedia kok”, kataku lagi dengan sedikit agak cuek sambil bertatap muka. Ibu Rinna agak merah pudar entah apa yang membawa keberanianku, semakin berani dan entah kapan mulainya aku mulai memegang.

Dengan agak gugup Ibu Rinna kebingungan sambil menarik kembali ke belakang, dengan sedikit usaha aku harus merayu terus sampai dia benar-benar bersedia melakukan sedikit.

“Okey maaf ya Bu, aku sudah terlalu lancang terhadap Ibu Rinna”, kataku.

“Nggak, aku kok yang salah memulainya dengan meladenimu bicara soal itu”, katanya.


Dengan sedikit kegirangan, dalam hatiku dengan lembut kupegang lagi, sambil kudekatkan bibirku ke dahinya. Dengan lembut kukecup keningnya.

Ibu Rinna terbawa dengan situasi yang kubuat, dia menutup matanya dengan lembut. Juga kukecup sedikit di bawah kupingnya dengan lembut sambil kubisikkan, “Aku sayang kamu, Ibu Rinna”, tapi dia tidak menjawab sedikitpun.

Dengan sedikit ragu juga bibirku kudekatkan bibirnya. Cup .. dengan lembutnya aku kelembutan bibir itu. Aduh lembutnya, dengan cekatan aku menarik tubuhnya ke rangkulanku, dengan sedikit bernafsu kukecup lagi bibirnya. Dengan sedikit terbuka bibirnya menyambut dengan lembut.

Kukecup bibir bawahnya, eh .. tanpa kuduga dia balas kecupanku. Kesempatan itu tidak kusia-siakan. Kut rongga mulutnya dengan sedikit kukulum lidahnya. Kukecup, “Aah .. cup .. cup .. cup ..” dia juga mulai dengan nafsunya yang membara kecupanku, ada sekitar 10 menitan kami lakukan, tapi kali ini sudah dengan mata terbuka. Dengan sedikit ngos-ngosan, kayak habis kerja keras saja.

“Aah .. jangan panggil Ibu, panggil Rinna aja ya!

Kubisikkan Ibu Rinna, “Rinna kita ke kamarku aja yuk!”.

Dengan sedikit kaget juga tapi tanpa perlawanan yang berarti kutuntun dia ke kamarku. Kuajak dia duduk di tepi tempat tidurku. Aku sudah tidak tahan lagi, ini saatnya yang kutunggu-tunggu.

Dengan perlahan kubuka kacing bajunya satu persatu, dengan lahapnya kupandangi tubuhnya. Ala mak .. indahnya tubuh ini, kok nggak ada sih laki-laki yang kepengin untuk mencicipinya. Dengan sedikit kujilati dengan telaten.

Pertama-tama belahan gunung kembarnya. “Ah .. ssh .. terus Ian”, Ibu Rinna tidak sabar lagi, BH-nya kubuka, terpampang sudah buah kembar yang montok ukuran 36 B.

Kukecup ganti-gantian, “Aah .. ssh ..” dengan sedikit agak ke bawah kutukan karena saat itu dia tepat menggunakan celana pendek yang kainnya agak tipis dan celananya juga tipis, kuelus dengan lembut, “Aah .. aku juga sudah mulai terangsang.

Kusikapkan celana pendeknya sampai terlepas dari celana dalamnya, hu .. cantiknya gundukan yang mengembang. Dengan lembut kuelus-elus gundukan itu, “Aah .. uh .. ssh .. Ian kamu kok pintar sih, aku juga sudah nggak tahan lagi”, sebenarnya memang ini adalah pemula bagi aku, eh rupanya Rinna juga sudah membuka celanaku dengan sekali tarik aja terlepas sudah celana pendek sekaligus celana dalamku.

“Oh .. besar amat”, katanya. Kira-kira 18 cm dengan diameter 2 cm, dengan dia mengelus zakarku, “Uuh .. uh .. shh ..” dengan cermat aku berubah cara 69, kupandangi kemungkinan gundukannya dengan pasti dan lembut.

Aku mulai menciumi dari pusarnya terus turun ke bawah, kulumat kewanitaannya dengan lembut, aku berusaha memasukkan lidahku ke dalam lubang kemaluannya, “Aah .. uh .. ssh .. terus Ian”, Rinna mengerang.

“Aku juga enak Rinna”, kataku. Dengan lembut di lumat habis kepala kemaluanku, di jilati dengan lembut, “Assh .. oh .. ah .. Rinna terus sayang”, dengan lahap juga kusapu semua dinding lubang kemaluannya, “Aahk .. uh .. ssh ..” sekitar 15 menit kami melakukan cara 69, sudah kepengin mencoba namanya bersetubuh. Kurubah posisi, kembali memanggut bibirnya.

Sudah terasa kepala kemaluanku mencari sangkarnya. Dengan bantuan, diarahkan ke lubang kewanitaannya. Sedikit demi sedikit kudorong pinggulku, “Aakh .. sshh .. pelan-pelan ya Ian, aku masih perawan”, katanya.

“Haa ..” aku kaget, benar rupa-rupanya dia masih suci. Dengan sekali dorong lagi sudah terasa licin. Blesst, “Aahk ..” teriak Rinna, kudiamkan sebentar untuk menghilangkan rasa sakitnya, setelah 2 menitan kumulai menarik lagi batang kemaluanku dari dalam, terus kumaju mundurkan.

Mungkin karena baru pertama kali hanya dengan waktu 7 menit Rinna .. “Aakh .. ushh .. ussh .. ahhkk .. aku mau keluar Ian”, katanya. “Tunggu, aku juga sudah mau keluar akh ..” kataku. Kasir4D

Tiba-tiba menegang sudah lubang kemaluannya menjepit batang kemaluanku dan terasa kepala batang kemaluanku disiram sama air surganya, membuatku tidak kuat lagi memuntahkan .. “Crot .. crot .. cret ..” banyak juga air maniku muncrat di dalam lubang kemaluannya. “Aakh ..” aku lemas habis, aku tergeletak di sampingnya.

Dengan lembut dia cium bibirku, “Kamu menyesal Ian?” tanyanya. “Ah nggak, kitakan sama-sama mau.” Kami cepat-cepat berberes-beres-beres tidak ada kecurigaan, dan sejak kejadian itu aku sering bermain cinta dengan Ibu Rinna hal ini tentu saja kami lakukan jika di rumah sedang sepi, atau di tempat penginapan kami sudah sedang kebelet dan di rumah sedang ramai. Sejak kejadian itu pada diri kami berdua mulai bersemi benih-benih cinta, dan kini Ibu Rinna menjadi pacarku.

0 comments:

Post a Comment