Sakura - Text Select

Saturday, April 25, 2020

Betulin Lampu Hadiahnya Ngentot Memek Perawan


KASIR4D - Tak ada yang istimewa dari sosok Rizieq, tubuh normal orang Indonesia, 164 cm, 68kg kulit coklat, rambut hitam lurus, onderdil dalam juga standard gak ada lebihnya 4 cm panjang 15 cm. Hidupnya normal-normal saja sekolah sd – sma lulus kuliah. Namun jalan hidup yang membedakannya kuliah di universitas ternama di kota pendidikan jurusan matematika, membuka jalannya menuju hal- hal yang menakjubkan hidupnya.

Sebagai mahasiswa baru, dengan rajin ia ke kampus mengikuti kuliah hingga bulan ketiga dia kuliah makin banyak saja tugas yang harus diselesaikan. Tugas mandiri ataupun kelompok, mulanya canggung juga karena dari 36 mahasiswa jurusannya hanya 6 yang cowok selebihnya cewek, dan tidak mungkin selamanya berkelompok dengan cowok terus.

Kalkulus dasar mata kuliah yang lumayan bikin stress, dosennya baik tapi memang materinya yang susah. Tidak ada cara lain selain minta bantuan temen, setelah bergerilya akhirnya Rita bersedia menjadi partner belajar. Setiap ada waktu luang kami gunakan untuk diskusi.

Hanya sudah 3 hari ini Rita tidak ngampus. Penasaran aku cari tahu dimana kosnya. Setelah dapat alamatnya, sehabis kuliah aku mampir di kosnya. Kos yang asri dan sepi ku ketuk gerbang kosnya, tak berapa lama pintu gerbang di buka oleh cewek manis, kutanyakan keberadaan Rita, dan oleh cewek tersebut diantarnya ke kamar Rita.

Setelah mengetuk pintu kamar munculah Rita dengan pakaian seadanya, aku dipersilahkan masuk ke kamar karena kos tersebut tidak ada ruang tamu, hanya tamu kos boleh diterima di kamar dengan catatan pintu dibuka.

Kok lama engak kuliah??? Sakit ya,tanyaku.

Hanya anggukan yang Rita berikan.

Sakit apa, sudah ke dokter??? Togel Online

Rita hanya menggelengkan kepala tanpa berkata-kata.

Ya sudah ganti baju, siap-siap kita ke dokter ujarku ke Rita sambil keluar untuk mempersilahkan Rita ganti baju.

Sambil menunggu Rita ganti baju, aku berjalan menuju toilet karena kebelet buang air kecil. Kulihat di pojok kos ada kamar kecil, kupercepat langkahku dan kubuka pintu toilet, alangkah terkejutnya diriku karena didalam ada cewek yang sedang buang air kecil juga.

Terperanjat diriku bingung harus bagaimana didepan mata cewek ngangkang terlihat jelas pukisnya yang tembem dan jembutnya yang tertata rapi. Kututup kembali pintu toilet tersebut, herannya cewek tersebut kok tidak menjerit, hanya aku deg-degan pasti cewek tersebut akan marah.

Sesaat pintu toilet terbuka, belum sempat berkata-kata cewek tersebut berlari menuju ke kamarnya. Tinggal diriku bengong di depan toilet sampai lupa mau buang air kecil. Sampai semua nyawaku ngumpul rasa pengin pipis pun aku tuntaskan di toilet. Namun pukis sekilas itu menari-nari di pelupuk mata. 

Bergegas aku kembali ke kamar Rita, kulihat dia sudah siap. Maka kami pun pergi ke sebuah klinik, setelah mendapat nomor antrian kami duduk di ruang tunggu. Setengah jam kami duduk dan selama itu pula Rita diam, akupun bergegas ke resepsionis menanyakan kenapa kok belum dipanggil. Ternyata dokter yang seharusnya piket tidak bisa datang dan baru dicarikan penggantinya, dengan sedikit kesal aku kembali ke ruang tunggu.

Tak berselang lama nama Rita dipanggil, dengan ku papah masuklah kami ke ruang periksa. Setelah pemeriksaan tekanan darah dan sedikit tanya jawab perihal sakitnya, dokter menyuruh Rita untuk berbaring di bed periksa. Karena bed nya tinggi maka mau tidak mau aku harus bantu Rita untuk naik, perlu diketahui Rita orangnya tinggi 160 badan proposional, manis, dengan kulit coklat sawo.

Karena harus membantu naik bed mau tidak mau aku harus membopong Rita dengan sebelumnya minta maaf kulingkarkan tanganku ke punggung dan paha bagian belakang tubuh Rita dam hup ku bopong tubuh Rita ke bed, walau sesaat kurasakan sesuatu yang kenyal melesak menempel di dadaku.

Rupanya lesakan sesaat tersebut melekat di otakku. Dengan sigap dokter pun mulai memeriksa, mulai dari mata, tenggorokan, hingga akhirnya dokter menggunakan stetoskopnya memeriksa Rita tentunya baju harus dibuka beberapa kamcingnya, saat itulah kulihat samar gundukan sawo matang terbungkus bra hitam bergerak naik turun sesuai intruksi dokter.

Tidak berhenti di situ dokter kemudian memeriksa perut Rita dimana baju Rita disingkapkan sehingga terpampang perut langsing rata Rita. Usai pemeriksaan kembali kubantu Rita untuk turun dari bed dan kembali lesakan benda kenyal tersebut menyentuh dadaku. Dokter memberi analisa bahwa Rita terkena gejala tipus, jadi harus istirahat.

Kami kembali lagi ke kost dan kulihat jam tanganku menunjuk pukul 7 malam, setelah mengantar Rita ke kamarnya aku pamit pulang, ku tutup kamarnya dan aku pun bergegas pulang.

Belum ada 10 langkah ku berjalan tiba-tiba ada panggilan dari samping. 

Mas, sini kamu.! suara wanita dengan nada ketus. Merasa di panggil kupalingkan muka ku ke arah suara. Ya mas, sini kamu kata wanita itu. Merasa di panggil maka kuhampiri wanita tersebut, ternyata seorang gadis manis yang memanggil.

Mas tolong gantiin lampu belajar. Dengan nada bicaranya ketus, sambil menyodorkan lampunya. Segera kutrima lampunya dan segera kukerjakan saja supaya segera lepas dari gadis jutek.


Utak-utik maka kunyalakan lampunya dan byar lampu pun menyala namun betapa kagetnya diriku ternyata gadis tersebut adalah Vivi teman SMA ku. 

“Lho vi kok dirimu” tanyaku

“Lho Rizieq kok kamu bisa disini” balasnya tapi tanpa di duga dia merangkulku dengan erat tentunya sensasi kenyal- kenyal itupun terjadi.

Namun bukannya segera melepaskan tapi semakin erat dia memeluk, sampai-sampai aku kesulitan bernafas.

Kupegang pinggangnya dan kutarik mundur namun semakin erat dia memeluk seolah tak mau melepaskan.

“Vi sudah peluknya gak enak dilihat orang” bisikku. Berangsur dia melepas pelukkanya kita duduk berdua di lantai. Dia bercerita tentang beratnya hidupnya karena kedua orang tuanya telah meninggal dan meninggalkan hutang yang besar, selama bercerita Vivi duduk disebelahku dan bersandar di pundakku. karena tidak nyaman dia mengatur tanganku agar memeluknya dan dia bisa bersandar di dadaku.

Lama-lama bergemuruh juga dada ini karena sandaran seorang gadis dan sesekali lesakan kenyal-kenyal itu menempel ditubuhku. Setelah Vivi menyelasaikan ceritanya diangkatnya kepalanya memandaku kupeluk tubuhnya sehingga kepala kami semakin dekat sampai pada satu titik bibir kami bersentuhan. Terasa hangat sampai kubuka mulutku perlahan dan Vivi pun seolah tidak mau melepasnya dengan memagutnya, secara alami mulutku melakukan hal yang sama. Cukup lama kami berciuman sampai kami sadar bahwa pintu kamar kos belum ditutup.

Maaf Vivi aku ke bablasan, ujarku.

Engak apa-apa Rizieq” sambil kakinya mendorong pintu hingga tertutup. “Aku nyaman Rizieq bersamamu ” sambil Vivi kembali mendekatkan tubuhnya memelukku.

Dikecupnya kembali bibirku dan kurasakan tanganya telah membuka kancing bajuku , ciumannya mendarat di leher dan turun ke dada di hisap puting susu ku. Ohhh nikmatnya … Ditariknya tanganku ke dadanya yang sekal secara reflek tanganku pun mulai meremas-remas dadanya yang kencang.

Tidak berhenti di situ Vivi semakin turun ke selakangku diremas penis ku yang sudah tegang dari luar celana. Tak puas meremas penis dibuka celana ku dan menyembulah penis alakadarnya, digenggam penis ku dan mulai dimasukkan ke mulutnya. Ngilu sekali ketika penis itu disedot kuat. Karena memang tak seberapa besar sehingga semuanya bisa ditelan sampai sebiji pelernya.

Aku hanya bisa melenguh menahan kenikmatan sampai pada saatnya jebol pertahananku, kutumpahkan spermaku di mulut Vivi. Vivi kembali bangkit dan mulai melepas bajunnya sambil mengunci pintu kamar, dihampiri diriku yang hanya bisa terbengong-bengong dengan keadaan ini belum sempat selesai bengongku Vivi sudah mengecup bibirku dengan bibirnya yang beraroma sperma, puas dengan ciuman dia menyodorkan susunya yang kencang, secara alamiah dan seolah otomatis ku kenyot susunya yang membuat Vivi gantian mendesah -desah tanganku otomatis menari nari diatas tubuh Vivi dan berhenti di liang senggama Vivi.

Semua berjalan begitu saja alamiah seolah tubuh kami bisa saling memuaskan, sampai akhirnya Vivi menekan kepalaku untuk kebawah lagi, dan naluri itu menuntunku untuk mengecup, menjilat, merojok liang senggama Vivi dengan lidahku. Dan tiba-tiba Vivi melenguh panjang dan cairan keluar dari lubang senggamanya, tak ada yang menyuruh ku jilat dan kuhisap cairan tersebut sampai bersih.

Sesaat kami berhenti menghela nafas, tak berapa lama Vivi kembali bangkit dan kembali mengulum penis alakadarnya ini. Berdirilah kembali 15 cm dan 4 cm tersebut dengan tegak, sesaat kemudian Vivi mengangkang dan mengarahkan lubang senggamanya ke penisku. Sedikit demi sedikit masuklah penisku namun belum sampai setengah Vivi menghentikannya sambil meringis.

Ada apa Vi, bisiku. Namun bukan jawaban yang dia berikan tapi hentakan kebawah hingga penis ku masuk semua ke lubang senggamanya. Vivi tercekat menahan jeritan dan beberapa saat diam sambil mengatur nafas.

Setelah semua terkendali dia mulai bergerak naik turun berirama. Aku pun mengimbangi gerakan Vivi, dan secara otomatis aku mulai mengeyot susu Vivi bergantian yang membuat Vivi semakin semangat menggenjot dan mendesah.

Cukup lama Vivi menggenjot sampai akhirnya gerakannya mulai tidak teratur dan berhenti ketika lubang senggamanya berkedut-kedut lama dan dia ambruk.

Melihat keadaan itu aku ganti memaju mundurkan penisku sampai terasa ada dorongan semburan di batang penisku. Kusemburkan semuanya di lubang senggama Vivi dan ambruk diriku memeluk tubuh Vivi. Baru sadar penisku terdapat darah, yang tentunya darah perawan Vivi.

Setelah kekuatan kami ngumpul kami bersihkan diri dengan tisu basah. Dan berpakaian. 

Kenapa kamu lakukan ini Vi??? tanyaku

Engak tau Rizieq aku nyaman denganmu, kamu menyesal Rizieq???

Aku bingung saja, trus aku harus gimana.

Kamu engak harus gimana-gimana, aku berterima kasih kamu mau dengar curhatku, masa depanku adalah diriku.

Ok aku pamit dulu ya udah malam banget lagian besok ada kuliah.

Ok makasih Rizieq, Vivi mengecup bibirku.

Vivi sendiri adalah teman sekelas SMA gak ada yang spesial diantara kami.

0 comments:

Post a Comment