KASIR4D - Suatu hari cutiku di Surabaya, aku menyempatkan diri untuk fitness, menjaga kondisi badanku, aku kerja di Jakarta, di sebuah event organizer ternama.
Hampir setiap dua hari sekali sehabis pulang kerja aku fitness di sebuah hotel, dengan peralatan fitness yang lengkap. Maklum, pekerjaanku membutuhkan vitalitas tinggi. Maka walaupun libur di Surabaya, atau tepatnya pulang ke kampung halaman, aku tak pernah melewatkan olahraga'ku yang satu *****.
Oh ya, nama aku Mario, biasa dipanggil Rio. Usiaqu 32 tahun, dan belom menikah. Tentunya hal ini merupakan keuntunganku untuk bisa menikmati masa bujang lebih lama, having fun dan get a life. Togel Online
Sebenarnya tujuan fitnessku semula iseng, ingin melihat perempuan-perempuan sexy berpakaian ketat (baju senam), tapi akhirnya terasa manfaatnya, otot perutku rata, bisep dan trisepku terbentuk, sampai membuatku percaya diri. Tapi tentunya kegiatanku ngeceng perempuan berpakaian sexy tak pernah kulewatkan. Sambil menyelam minum air.. he he hee.
Ok, akhirnya kupilih sebuah hotel di bilangan Genteng yang berbintang 5. aku membiasakan tak langsung pulang ke rumahku. Satu hari cutiku, kumanfaatkan untuk menikmati Surabaya sendirian, daripada dengan orang-orang rumah. Orang tuaqu termasuk old fashion, yang penuh dengan aturan ketat, walaupun ku sadar hal itulah yang dapat membuatku hidup mandiri.
Hari itu masih sore sekitar pukul 15:30 WIB. Setelah aku cek in dan beristirahat sebentar, kumanfaatkan fasilitas fitness gratisku. aku mulai mengganti bajuku dengan celana pendek dan t-shirt tanpa lengan.
Ketika aku memasuki ruang fitness, aku melihat sekeliling, masih agak kosong. Cuma ada beberapa pria di beberapa alat. Hmm, this is not my lucky day, pikirku sambil berjalan menuju sepeda statis. Ku kayuh sepeda itu sekitar lima menit dan beralih ke beberapa alat lainnya.
Sepuluh menit menjelang pukul lima sore, satu, dua perempuan masuk. Ok, this isn’t my unlucky day after all. aku makin semangat menarik beban. Diikuti beberapa perempuan lainnya, yang tentunya berpakain senam, warna-warni, ada yang memakai celana panjang cutbray dan kaos ketat, short pants bra, menambah indahnya pemandangan tempat fitness tersebut.
Beberapa di antara mereka ada yang duduk, ada yang ngobrol, cekikikan, dan mencoba beberapa alat. Oh, mungkin mereka mau ber-aerobic, pikirku. Betul saja ketika seorang perempuan berpakaian seperti mereka masuk dan menotak-ngatik tape compo, dan terdengarlah suara musik house dengan tempo cepat. Masing-masing mereka menyusun barisan dan mulai bergerak mengikuti instruktur. Gerakan demi gerakan mereka ikuti. Masih pemanasan.
Tiba-tiba seorang perempuan masuk, sangat cantik dibanding mereka, tinggi 165 kira-kira, rambut panjang diikat buntut kuda, memakai pakaian senam bahan lycra mengkilat warna krem dengan model tank top dan g-string di bokongnya. Bongkahan bokongnya tertutup lycra ketat warna krem lebih muda, sesampai menyerupai warna kulit tangannya yang kuning langsat sampai kaki yang tertutup kaos kaki dan sepatu.
Woow, sangat seksi. Tak sengaja kulihat bagian dadanya karena handuk yang menggantung di pundak ditaruhnya dikursi dekat dengan alat yang kupakai. Tonjolan putingnya terlihat jelas sekali, menghiasi tonjolan indah yang kira-kira 38B ukurannya.
Sedikit melirik ke arahku lalu akhirnya mencari barisan yang masih kosong dan mengikuti gerakan instruktur. Dada'ku berdegup kencang pada saat dia melirik walaupun cuma sedetik.
Gerakan demi gerakan instruktur diikutinya, mulai dari gerakan pemanasan sampai gerakan cepat melompat-lompat sesampai bongkahan buah dadanya bergerak turun naik. Gagangku mulai membengkak seiring dengan lincahnya gerakan si dia. Mata'ku terus tertuju pada si dia.
Posisiku kebetulan sekali membentuk 45 derajat dari samping kirinya agak ke belakang. Hmm betapa beruntungnya diriku. Sampai akhirnya dia melakukan gerakan pendinginan. Keringat membasahi bajunya, tercetak jelas di punggung dan dadanya, sesampai tonjolan puting itu terlihat jelas sekali, ketika dia memutar badan ke kiri dan ke kanan.
Sampai akhirnya aku dibuat malu. Ketika aku memperhatikan dia, dia pun memperhatikanku lewat pantulan kaca cermin yang berada di depannya ketika aku mengalihkan pandangang ke kaca. Dia tersenyum kepada'ku lewat pantulan cermin.
Entah berapa lama dia memandangku sebelom aku sadar dipandangi. aku langsung memalingkan muka dan beranjak dari alat yang kupakai.
aku segera berganti pakaian untuk berenang. Segera kuceburkan diri untuk mendinginkan otak. Dua atau tiga balikan kucoba berganti gaya sampai akhirnya balikan ke empat gaya punggung, kepalaqu menabrak seseorang dan terjatuh menyelam ke air.
Sama-sama kita berbalik dan setelah berbalik ku sadar yang ku tabrak adalah bokongnya si dia yang telah berganti pakaian renang, potongan high cut di pinggul dengan warna floral biru yang seksi. Kini tonjolan putingnya tersembunyi dibalik cup baju renangnya, membuatku sedikit kecewa.
“Eh, maaf Mbak, nggak kelihatan, habis gaya punggung sih” kataqu meminta maaf.
“Nggak kok Mas, aku yang salah, nggak lihat jalur orang berenang”, jawabnya sambil mengusap muka dan rambutnya ke belakang.
Si dia tersenyum kembali ke arahku, sambil lirikan matanya menyapu dari muka sampai bagian pusarku.
“Kenalan dong, aku Mario, biasa dipanggil Rio”, kataqu sambil menyodorkan tangan.
Dijabatnya tanganku sambil berkata ”Rika, lengkapnya Rika Wijayanti”, jawabnya.
Kita menepi ke bibir kolam, sambil mencelupkan diri se batas leher masing-masing. Kita duduk bersampingan.
“Baru disini Mas?”, Rika mulai lagi membuka pembicaraan.
“Iya, tapi jangan panggil Mas, Mario aja cukup kok. aku asli Surabaya.
aku kerja di Jakarta. Kamu Rika?”, ku balik bertanya.
“aku asli Surabaya juga, kerja di bank B**, jadi CS. Deket sini kok, seberangan. aku biasa aerobic dan
renang disini, duahari sekali, yang ada jadwal aerobicnya saja”.
Pembicaraan kita berkembang dari hal kerjaan mengarah ke hal-hal yang lebih pribadi. Rika baru putus dengan pacarnya, kira-kira dua minggu yang lalu. Keluarga pacarnya tak setuju dengan Rika dan pacarnya dijodohkan dengan orang lain pilihan keluarganya. Agak sedih Rika bercerita.
“Rika, balapan yuk ke seberang, gaya bebas”, ajakku.
“Hayo, .. siapa takut?”, jawabnya.
Kita berdua berlomba sampai sebrang. aku sedikit curang dengan mendorong bahunya ke belakang sesampai Rika sedikit tertinggal. Pada saat aku duluan di seberang..
“Mario, kamu curang, kamu curang”, rengeknya sambil memukul-mukul tanganku.
aku tertawa-tawa dan bergerak mundur menjauhi Rika. Dia mengejarku, sampai akhirnya ”Byurr”. Aku terjatuh kebelakang, kakiku menyenggol kakiknya sampai diapun terjatuh dan kita berdua tak sengaja berpelukan. Dadanya yang empuk menyentuh dadaqu, membuat gagangku kembali membengkak. Ketika sama-sama berdiri, kita masih berpelukan walau agak renggang.
Kita saling pandang, kemudian Rika memelukku kembali. Kesempatan ini tak ku sia-siakan dengan balas memeluknya. Udara Surabaya yang dingin pada sore yang beranjak malam tersebut, menambah kuatnya pelukan kita. Gagangku yang sedari tadi mengeras menyentuh perut bagian bawahnya Rika, atau tepatnya diatas kemaluan Rika sedikit.
Bokong Rika bergerak mendorong, sampai gagangku geli terjepit antara perut Rika dan perutku. Berulang-ulang Rika melakukan itu, sesampai darahku berdesir.
“Emhh.”., Rika bergumam.
Sadar aku berada di tempat umum, walaupun kolam renang agak sepi, cuma ada tiga orang selain kita, membuatku agak sedikit melepaskan pelukan walau sayang untuk di lakukan.
“Rika, mending kita sauna yuk!”, ajakku menetralkan suasana.
Rika terlihat agak kecewa dengan sikapku yang sengaja kulakukan.
“Oke!”, jawabnya singkat.
Kita berdua mengambil handuk di kursi pinggir kolam, dan berjalan bersamaan, menuju ruang sauna yang tak jauh dari kolam renang. Terbayang apa yang dilakukan Rika saat di kolam, membuatku menerawang jauh menyusun rencana dengan Rika selanjutnya.
“Kosong.”., kataku dalam hati melihat ruang sauna.
Kita berdua masuk, dan aku sengaja mengambil tempat duduk dekat pintu, sesampai orang lain tak dapat melihat kita beruda lewat jendela kecil pintu sauna.
“Rika.”., belom sempat aku bicara, Rika menciumku di bibir.
Bibir kita saling berpagut melalukan french kiss. Penetrasi lidah Rika di mulutku, menunjukkan dia sangat berpengalaman. Tangan Rika memegang dadaku, kemudian mengusap menyusuri perut sampai sampai pada gagangku yang sudah berdiri dari tadi. Rika meremas gagangku yang masih terbungkus celana renang, sementara kuremas dua gunung montok. Betapa kenyal dan kencang sekali buah dadanya.
Temperatur ruang sauna menambah panasnya hawa disana. Kubalik Rika membelakangiku. Kuciumi tengkuknya, dan ku remas buah dadanya ”Emhh.. Mario.. ahh”, Rika melenguh. Ku susupkan tanganku ke buah dadanya, dari celah baju renangnya. Ku pilih putingnya, dan membuat Rika sedikit menjerit, dan menggelinjang. Untungnya ruangan sauna kedap suara.
“Mario, aku butuh kamu, .. malam ini saja.. ahh.”., Rika berbisik di telingaku, sambil masih kumainkan putingnya.
“Lanjutkan di kamarku yuk, ..!” ajakku.
Punggung Rika menjauhi badanku dan berbalik.
“Kamu cek in di M*****.?”, tanyanya dengan muka sedikit gembira.
“Bukannya kamu.”.
“Ya sayang.”., sambil akhirnya kutempatkan jari telunjukku di mulutnya.
Akhirnya kujelaskan alasanku.
Satu-satu kita keluar dari ruang sauna. Rika bergegas ke ruang ganti. Begitupun diriku. Setelah siap, Rika menenteng tasnya dan kita pun berjalan bersamaan. Kita berjalan sambil memeluk pinggang masing-masing, layaknya sepasang kekasih yang sudah lama pacaran. Stelah mengambil key card dari recepsionist, kita naik ke kamarku di 304.
Setelah masuk, pintu ditutup, dan langsung kita merebahkan diri di ranjang. Untung ku pilih tempat tidur sharing. Rika masih memakai baju seragam banknya, lengkap dengan blazer, sepatu hak tinggi dan stocking hitam menggoda. Seksi sekali!
Rika di bawah sementara aku diatasnya menciumi bibimnya. Sesekali kujilat leher dan telinganya. Rika meracau memanggil-manggil namaku.
Kubuka blazernya. Dari blouse putih tipis yang masih menempel, terlihat jelas puting berwarna coklat menerawang. Hmm, sengaja tak memakai bra pikirku. Kubuka kancingnya satu persatu. Kujilati dadanya. Lidahku menyapu dua bukit kembarnya yang mengencang. Rambutku diusapnya sambil dia melenguh dan memanggil nama berkali-kali. Sesekali kugigit putingnya.
Roknya kusingkapkan, ternyata dibalik stocking hitamnya itu, Rika tak memakai CD lagi. Ku jilat kemaluan Rika yang masih terhalang stocking. Noda basah di bibir kemaluan tercetak jelas di pantyhosenya. Rika semakin mecarau dan menggelinjang. Ku gigit sobek bagian yang menutupi kemaluannya yang basah. Kujilati labia mayoranya. Perlahan kusapu bibir kemaluan merah merekah itu. Kucari klitorisnya dan kumainkan lidahku di sana.
Rika mengejang hebat, tanda klimaks pertamanya.
“Emhh Mariooo.. ahh”, Rika sedikit berteriak tertahan.
“Makasih sayang.. oh.. benar-benar nikmat..!”.
“Pokoknya ganti stocking ku mahal nih”, Rika merengek sambil cemberut.
“Oke, tapi puaskan dulu aku Rika, .”., jawabku sambil rebahan di ranjang.
Rika kemudian berbalik dan berada di atasku. Blouse terbuka yang masih menempel itu disingkirkannya. Sampai terpampanglah dua bukit menggantung di atasku. Kemaluan basah Rika terasa di perutku. Rok yang tersingkap dilepasnya lewat atas. Tinggal stocking yang masih menempel, sepatunya pun telah lepas.
Rika kembali menciumiku. Lidahnya menyapu dadaku dan putingku. Sesekali digigitnya, membuatku juga menggelinjang kegelian. Kemudian lidahnya menyapu perutku sampai sampai ke gagang kemaluanku yang tegak. Rika mengocoknya perlahan. Ujung lidahnya menari di lubang kencingku. Rasa hangat itu terasa manakala lidahnya menyapu seluruh permukaan kemaluanku. Seluruh gagang kemaluanku terbenam di mulut Rika. Sambil dikocok, keluar masuk mulutnya Rika.
“Ohh..!” aku pun tak luput meracau.
Hampir terasa puncakku tercapai, ku dorong Rika menjauhi kemaluanku, aku bangun dan berlutut di belakang Rika.
“Masukkin Mariooo, fuck me please, Ohh.. arrghh.. Mariooo!”, Rika berteriak seiring dengan masuknya gagang kemaluanku sedikit-demi sedikit lewat celah stocking yang kugigit tadi.
“Bless.”..Bokong Rika bergerak maju mundur, demikian juga bokongku, saling berlawanan.
“Oh.. ooh.. ahh.. ahh.. God, .. fuck me harder.. Aaahh.. Mario.. yes”, begitulah kalinat tak beraturan meluncur dari mulut Rika, bersamaan dengan semakin capatnya gerakanku.
Ku remas-remas bongkahan bokong seksinya. Rika menjilati jari-jarinya sendiri.
“Mmhh.. Aaahh.. mmh.”., desah Rika yang membuatku semakin bernafsu untuk menggenjot bokongku.
Kemudian kita berganti posisi. aku berbaring dan Rika berada di atasku. Rika mengambil ancang-ancang untuk memasukkan kemaluanku ke dalam kemaluan basahnya. Rika terlebih dahulu mengusap-usapkan kemaluanku di bibir kemaluannya. aku makin kelojotan dengan perlakuan Rika. Centi demi centi kemaluanku dilahap kemaluan Rika.
“Blessh.”., lengkap sudah kemaluanku dilahap kemaluannya.
Rika bergerak turun naik beraturan. Buah dadanya bergoyg turun naik pula. Pemandangan indah terebut tak kulewatkan saat badanku bangun, dan wajahku menghampiri buah dadanya. Kuremas dua gunung kembar yang begoyg mengikuti irama siempunya. Kujilati dan kusedot bergantian.
“Errgh.. erghh.. ahh.”., Rika mendesah tanda menikmati genjotannya sendiri.
Kini kutarik badan Rika sesampai ikut berbaring di atas badanku. Ku mulai menggenjot bokongku dari bawah. Rika teridam dan menengadahkan kepalanya, dan sesaat kemudian Rika berteriak meracau.
“Arrgghh.. oohh.. aah.. enakkhh.. aahh.. nikmathh.. ooh.”., serunya.
Kuyakin posisi seperti ini membuatnya merasakan sensasi yang tiada duanya.
5 menit dengan posisi seperti itu, Rika mengejang, dan berteriak panjang”, AARRGHH.. Shit.. Uuuhh..Mario.. aaihh.”., tanda dia mencapai klimaks.
Terlepas kemaluanku dari kemaluannya tatkala Rika ambruk di sisiku. Rika ngos-ngosan kecapean. Kini giliranku untuk mendapatkan kepuasan dari Rika. Kubalik badan penuh keringat yang mengkilat terkena cahaya lampu. Sungguh seksi sekali dia saat itu. Kubuka kedua kakiknya, dan ku lucuti stocking hitam yang masih menempel di kakinya yang mulus. Terlihat indah kaki nan putih mulus dari bokong sampai betis. Kujilati lubang dubur Rika, dan membuat dia sedikit mengangkat bokongnya keatas.
“Please.. Mario.. not now.. Give me a break.. Ohh.”., ratapnya ketika mendapat perlakuanku.
aku tak mempedulikan ratapannya. Justru aku semakin gila dengan perlakuanku, menjilati lubang duburnya dan membuat penetrasi di lubangnya dengan lidahku. Area perineumnya pun tak luput ku jilati. Sampai akhirnya kuputuskan untuk mensodomi Rika, karena kulihat lubang dubur Rika agak sedikit besar dibanding orang yang belom pernah disodomi.
“Rika, siap ya.”., kataku sambil mengusapkan ludahku di kemaluan yang masih berdiri tegak.
“Apa.., mau apa Mariooo.. kamu ma.. AAHH, .. Mariooo.. Janng.. aahh”, belom selesai Rika bicara, aku telah menancapkan kemaluanku di duburnya.. begitu hangat, sempit dan lembut.
Kutarik kembali perlahan dan kumasukkan lagi. Iramanya ku percapat. Rika pasrah, dan meracau tak karuan.
“Eh.. Ehh.. gimana, .. eh.. enak.. Rika..?, tanyaku sambil menggenjot bokong Rika seksi dan aduhai.
“Ohh.. Mariooo.. aagh.. nikmat Mariooo.. ah.. Shitt.. C’mon.. harder baby.”., jawabnya.
10 menit aku memompa gagang kemaluanku di duburnya, terasa cairan air mani sudah ada di ujung kepala kemaluanku. Buru-buru kutarik keluar kemaluanku, dan kubalik Rika menghadapku.
Sambil kukocok, air maniku muncrat di muka Rika. Rika yang tak siap menerima air maniku di mukanya, mengelengkan kepala kiri dan kanan, sampai air maniku membasahi rambut dan pipinya.
Sampai akhrinya mulutnya terbuka, dan sisa semprotan air maniku masuk di mulutnya. Setelah air maniku habis, dia mengulum kemaluanku. aku yang masih merasa geli namun nikmat, semakin menikmati sisa- sisa klimaks panjangku.
“God.. Thank you dear.. Rika.”., kataku sesaat setelah roboh ke samping Rika.
“Curang lagi kamu Mariooo, .. Tau gitu ku minum semuanya.. kasi tau kek mau mucrat di muka, gitu”, Rika cemberut menjawabnya, aku cuma tersenyum. Tak terasa kita bercinta cukup lama, sampai jam 10 malam.
Akhirnya Rika memutuskan untuk bermalam di kamarku. Kita masih melakukannya beberapa kali sampai subuh. Toh, hari itu akhir pekan dan Rika memang libur di hari Sabtu. Pertemuan pertama itulah pula yang membuat kita berpacaran selama 6 bulan sampai akhirnya kita putus.
0 comments:
Post a Comment