Sakura - Text Select

Sunday, April 26, 2020

Ngentot Dengan Muridku Yang Bohay


KASIR4D - Pada pagi itu, sinar matahari belum mampu mengusir embun putih yang menyelimuti sebuah villa mewah di kawasan Puncak Pass Bogor Jawa Barat. Beberapa segerombol embun masih terlihat melayang-layang tertiup angin. Pucuk-pucuk pinus masih berwarna putih tertutupi embun pagi. Rumput di halaman villa masih basah.

Di dalam bathtub yang berisikan air hangat, Rio dan Rani duduk berendam sambil berpelukan mesra. Gadis itu duduk di atas paha Rio. Telapak tangannya mengusap-usap menyabuni punggung guru matematikanya itu, dan ia pun merasakan tangan lelaki itu menyabuni punggungnya.

Pelukan mereka sangat erat hingga dada mereka saling menekan satu sama lain. Sesekali Rani menahan nafas ketika menggeliatkan badannya.

Dadanya yang menggeliat menyebabkan puting gunung kembarnya mengalirkan birahi ke sekujur tubuhnya. Puting itu semakin mengeras setelah beberapa kali bergesekan dengan dada Rio yang licin dipenuhi buih-buih sabun.

Pangkal pahanya yang terendam air hangat terasa membakar birahi ketika batang kemaluan lelaki itu menyentuh vaginanya. Rani menggerak-gerakkan telapak tangannya dari punggung hingga ke leher Rio. Sambil menyabuni, ditariknya tengkuk lelaki itu.

“Rani sangat mencintai Rio,” bisiknya. Togel Online

 Rio mengelus-elus bahu gadis itu dengan busa sabun yang berlimpah. Busa dan buih-buih berbentuk bola-bola kecil meleleh ke bagian atas dada dan punggung Rani. Lalu ditatapnya wajah yang cantik itu.

Wajah yang terlihat semakin menarik karena buih-buih sabun memenuhi lehernya yang jenjang. Disibaknya rambut gadis itu ke belakang. Busa dan bola-bola kecil ikut menempel di rambut gadis itu, kemudian bola-bola itu meletus.

Menawan. Sangat cantik dan mempesona, bisik hati Rio.Mungkinkah aku jatuh cinta untuk yang kedua kalinya?, tanya Rio dalam hati.

Jatuh cinta terhadap seorang murid yang masih belia dan nakal. Mengapa? Mengapa..? Apakah karena sensasi dan kemanjaan yang diciptakannya?

Ah.., gumam Rio sambil menarik nafas panjang. Lalu dikecupnya anak rambut di kening gadis itu. Ia tak mampu memikirkan pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk di benaknya.

Tingkah laku Rani yang lembut dan kadang-kadang liar telah melumpuhkan nalarnya. Ia tak mampu berpikir ketika luapan birahi membakar tubuhnya.

“Rio juga sangat mencintai Rani. Sebelumnya tak pernah Rio rasakan nikmatnya terbakar birahi seperti saat ini..” ujar Rio.

Bola mata mereka saling menatap seolah ingin menjenguk isi hati masing-masing. Lalu Rio menarik tubuh gadis itu agar lebih erat menempel ke tubuhnya. photomemek.com Disabuninya punggung gadis itu dengan kedua telapak tangannya. Sambil mengusap-usapkan busa sabun, telapak tangannya terus menyusur hingga tenggelam ke dalam air. Diusap-usapnya bongkah pantat gadis itu.

Sejenak, ia menahan nafas ketika meremas bongkah pantat yang masih kenyal itu. Karena gadis itu duduk di atas pahanya, bongkah pantat itu terasa lebih kenyal daripada biasanya.

Batang kemaluan Rio semakin keras ketika bersentuhan dengan vagina gadis itu. Ia dapat merasakan kelembutan bibir luar vagina gadis itu ketika bergesekan dengan bagian bawah batang kemaluannya.

Dan dengan usapan lembut, telapak tangannya terus menyusuri lipatan bongkah pantat yang kenyal itu. Ia dapat merasakan lubang dubur Rani di jari tengahnya. Diusap-usapnya beberapa kali hingga ujung jarinya merasakan kehalusan lipatan daging antara dubur dan vagina.

“Riioo.., Rio nakal!” desah Rani sambil menggeliat mengangkat pinggulnya.

Walau tengkuknya basah, Rani merasa bulu roma di tengkuknya meremang akibat nikmat dan geli yang mengalir dari vaginanya. Ia menggeliatkan pinggulnya. Geliat itu menyebabkan telapak tangan Rio semakin bebas mengusap-usap. Membelai.

Ia mengecup leher Rio berulang kali ketika merasakan ujung jari Rio menyentuh bagian bawah bibir vaginanya.

Tak lama kemudian, telapak tangan itu semakin jauh menyusur hingga akhirnya ia merasakan lipatan bibir luar vaginanya diusap-usap. Rani berulang kali mengecup leher Rio.

Kecupan panas dan liar sebagai ungkapan luapan birahi yang mendera tubuhnya. Sesekali lidahnya menjilat, sesekali menggigit dengan gemas. Ia dapat merasakan lendir birahi yang semakin banyak bermuara di vaginanya.

Karena vaginanya terendam dalam air, usapan-usapan di dinding dan bibir dalam vaginanya terasa menjadi kesat. Setiap kali mengusap, lendir di vaginanya langsung larut ke dalam air. Ujung jari itu menjadi terasa lebih kasar daripada biasanya. Membakar birahi untuk mengalirkan kadar kenikmatan yang lebih tinggi daripada biasanya.

Kenikmatannya hampir setara dengan liarnya lidah Rio yang menari-nari di antara lipatan bibir vaginanya ketika mencumbu vaginanya di balkon villa. Ia terpaksa menahan nafas untuk mengendalikan kenikmatan yang ia rasakan di sekujur tubuhnya.

“Aarrgghh.. Sstt.. Sstt..” rintihnya berulang kali.

Lalu ia bangkit dari pangkuan lelaki itu. Ia tak ingin mencapai orgasme hanya karena usapan-usapan jari yang terasa kesat di lubang vaginanya. Tapi ketika berdiri, kedua lututnya terasa goyah. Rasa nikmat di vaginanya telah membuat dirinya seolah sedang melayang-layang. Lututnya seolah kehilangan sendi.

Dengan cepat Rio pun bangkit berdiri. Tangannya segera membalikkan tubuh gadis itu. Ia tak ingin gadis belia yang dicintainya itu terjatuh. Disangganya punggung gadis itu dengan dadanya. Lalu dituangnya kembali cairan sabun ke telapak tangannya. Dan diusap-usapkannya cairan sabun itu di perut gadis belia itu.

Ketika menggerakkan telapak tangannya ke arah atas, busa sabun terdorong dan menggumpal di antara jari jempol dan telunjuknya. Dan ketika buih-buih itu terbentur pada lekukan bawah buah dada gadis itu, ia meremasnya dengan lembut.

Kedua buah dada yang kenyal itu terasa licin dan sangat halus. Telapak tangannya terus bergerak ke atas. Ia sengaja membuka jari jempol dan telunjuknya agar puting buah dada yang masih kecil itu terjepit di jarinya.

Sejenak, puting yang terjepit itu diremas-remasnya dengan lembut. Puting kiri dan kanan diremasnya bersamaan. Dilepas. Diremas kembali. Lalu telapak tangannya mengusap semakin ke atas dan berhenti di leher jenjang gadis belia itu.

“Rio, aargh.., lama amat menyabuninya, aarrgghh..” rintih Rani sambil menggeliatkan pinggulnya.

Ia merasakan batang kemaluan Rio semakin keras dan besar. Hal itu dapat ia rasakan karena batang kemaluan itu semakin dalam terselip di antara lipatan bongkah pantatnya. Lalu ia mendongakkan kepala sambil menoleh ke belakang.

Diangkatnya tangan kanannya untuk menarik leher lelaki itu, lalu diciumnya dengan mesra. Lidahnya menjulur dan bergerak-gerak liar untuk memilin-milin lidah Rio. Tangannya kirinya meluncur ke bawah, lalu meremas biji kemaluan lelaki itu dengan gemas.


Rio menggerakkan telapak kanannya ke arah pangkal paha Rani. Sesaat ia mengusap-usap bulu-bulu ikal di bagian atas vagina gadis itu. Menikmati bulu-bulu yang masih pendek dan halus itu di ujung jari-jarinya. Lalu telapak tangannya meluncur ke bawah.

Diusapnya vagina mungil itu berulang kali. Vagina yang baru kira-kira 7 jam yang lalu selaput perawannya dipasrahkan untuk dilewati oleh cendawan batang kemaluannya.

Jari tengahnya terselip di antara kedua bibir luar vagina itu. Diusapnya berulang kali. Telapak tangannya yang dipenuhi buih-buih sabun membuat bibir vagina dan pangkal paha itu menjadi sangat licin.

Klitoris itu seolah bergerak menggeliat-geliat ketika ia mengusapkan telapak tangannya. Klitoris yang semakin keras dan licin karena lendir dan buih-buih sabun.

“Aarrgghh..!” rintih Rani ketika merasakan batang kemaluan lelaki itu semakin kuat menekan lipatan bongkah pantatnya.

Ia merasakan lendir birahinya membanjiri vaginanya. Lendir itu pasti bercampur dengan busa sabun,
pikirnya. Lalu ia berjongkok agar vaginanya terendam ke dalam air. Dibersihkannya celah di antara bibir vaginanya dengan cara mengusap-usapkan dua buah jarinya.

Ketika menengadah, ia melihat batang kemaluan Rio telah berada persis di hadapannya. Batang kemaluan itu telah membengkak dan terlihat mengangguk-angguk. Ada setetes lendir menghiasi ujung batang kemaluan itu.

Persis di bagian tengah cendawan yang berwarna kecokelat-cokelatan itu. Indah sekali, gumamnya. Lalu ditatapnya warna kemerah-merahan di lekukan antara cendawan dan batang kemaluan itu. Bola matanya berbinar-binar mengamati lekukan yang indah itu.

Setelah puas mengamati, diremasnya batang kemaluan itu dengan lembut. Lalu diarahkan ke mulutnya. Dikecupnya bagian ujung cendawan itu. Terdengar bunyi ‘cep’ ketika ia melepaskan kecupannya.

Setetes lendir yang menghiasi ujung cendawan itu berpindah ke bagian dalam celah kedua bibirnya. Sejenak, matanya terlihat setengah terpejam ketika ujung lidah dan kedua bibirnya mencicipi lendir itu.

Tubuh Rio bergetar menahan nikmat ketika ia melihat lidah dan bibir Rani bergerak-gerak mencicipi lendirnya. Dicicipinya dengan penuh perasaan! Erotis sekali! Batang kemaluannya menjadi semakin keras. Berdiri tegak! Ia meraih bahu gadis itu karena tak sanggup lagi mengendalikan tekanan darah yang memenuhi urat-urat di batang kemaluannya.

Setelah berdiri, Rani merasakan telapak tangan Rio mengangkat paha kirinya. Sambil mencium bibirnya, telapak tangan itu tetap menahan bagian belakang pahanya hingga akhirnya ia terpaksa melilitkan kakinya di pinggang lelaki itu. Ia masih berusaha mengatur keseimbangan tubuhnya ketika Rio menyelipkan cendawan kemaluannya ke celah di antara bibir vaginanya.

Karena tubuhnya masih belum seimbang, cendawan itu terlepas kembali. Rio agak menekuk kedua lututnya ketika berusaha menyelipkan kembali cendawan kemaluannya.

Ia sudah sangat ingin merasakan kembali vagina yang sempit itu meremas batang kemaluannya. Nafasnya mendengus-dengus tak teratur. Dengan terburu-buru, ia mendorong pinggulnya.

“Argh, aarrgghh.., Rio!” rintih Rani.

“Masih sakit?” tanya Rio.

“Sakit dikit..” jawab Rani.

Rio menarik batang kemaluannya perlahan-lahan, kemudian mendorongnya kembali perlahan-lahan pula. Sambil mendorong, ia menatap vagina gadis itu. Pandangannya nanar seolah ada kabut yang menutupi bola matanya ketika ia melihat bibir luar vagina gadis itu ikut terdorong bersama batang kemaluannya.

Ia masih menatap terpesona ketika perlahan-lahan menarik kembali batang kemaluannya. Bibir luar vagina itu merekah dan seolah sengaja memperlihatkan lipatan celah vagina yang berwarna pink!

“Masih sakit, Sayang?”

“Hmm!”

“Sakit?”

“Enaak.., Rio!”

Rio tersenyum. Dilumatnya bibir gadis itu sambil menghentakkan pinggulnya. Dengan cepat, batang kemaluannya menghunjam. Ia menghentikan hentakan pinggulnya dan berdiri kejang setelah merasakan mulut rahim gadis itu tersentuh oleh ujung cendawannya. Lalu ditatapnya raut wajah murid yang dicintainya itu sekaligus dikaguminya!

Selain cantik dan dan seksi, muridnya itu pun tak pernah bertanya atau membantah ketika ia menghunjamkan kemaluannya sambil berdiri. Murid yang patuh sekaligus mempunyai ide-ide liar yang sensasional dalam bercinta.

Mungkin muridku ini memang dikaruniai bakat bercinta, kata Rio dalam hati. Bakat untuk menaklukkan lelaki! Alangkah beruntungnya aku menjadi gurunya! Perlahan-lahan Rio menarik batang kemaluannya. Sebelah tangannya meremas bongkah pantat gadis itu dan yang sebelah lagi meremas dada.

“Aarrgghh..!” rintih Rani ketika merasakan batang kemaluan Rio kembali menghunjam vaginanya.

Ia terpaksa berjinjit karena batang kemaluan itu terasa seolah membelah vaginanya. Kedua tangannya
dengan erat merangkul leher Rio. Ia ingin menggantung di leher lelaki itu. Lututnya terasa lemas
menahan kenikmatan yang menjalari sekujur tubuhnya.

Panasnya birahi membuat pori-pori di sekujur tubuhnya menjadi terbuka. Butir-butir keringat mulai merembes dari pori-porinya, bercampur dengan busa sabun yang masih tersisa di beberapa bagian tubuhnya.

Semakin sering ujung cendawan kemaluan lelaki itu menyentuh mulut rahimnya, semakin banyak pula keringat merembes di sekujur tubuhnya. Hingga akhirnya keringat itu terlihat mengkristal di kulitnya!

Nafas Rani beberapa kali terhenti ketika Rio menarik dan menghunjamkan batang kemaluannya. Menarik dan menghunjam dengan cepat hingga terdengar ‘cepak-cepak’ yang merdu setiap kali pangkal pahanya berbenturan dengan pangkal paha Rio. Dan setiap kali mendengar suara ‘cepak’ itu, darahnya seolah terasa berdesir hingga ke ubun-ubun.

“Aarrgghh.., aarrgghh.., Riioo!”

“Riioo.., Rani pipiis..!”

Rintihan itu membuat Rio semakin cepat menghentak-hentakkan pinggulnya. Keringat bercucuran dari dahinya. Ia berusaha menahan nafas untuk mengendalikan tekanan air mani yang ingin menyemprot dari lubang batang kemaluannya.

Tapi orgasme gadis belia yang sangat dicintainya itu ternyata membuat ia tak mampu lagi menahan tekanan air mani yang mengalir dari biji kemaluannya.

Vagina sempit itu berdenyut-denyut meremas batang kemaluannya. Menghisap air mani yang masih tertahan di batang kemaluannya. Membuat ia tak berdaya untuk mengendalikan desakan air mani yang menyemprot dari lubang batang kemaluannya.

“Aarrgghh..! Aarrgghh..! Rani, aarrgghh..!” raung Rio sambil menghujamkan batang kemaluannya sedalam-dalamnya.

“Riioo.., sstt, sstt..” desis Rani berulangkali ketika merasakan air mani lelaki yang sangat dicintainya itu ‘menembak’ mulut rahimnya.

‘Tembakan’ yang pertama terasa panas dan menggetarkan hingga membuat tubuhnya berdiri kejang dan punggungnya melengkung ke belakang. ‘Tembakan’ kedua dan ketiga membuat ia semakin berjinjit setengah bergantung di leher Rio.

“Aarrgghh.., Rani! Argh.., enaknya!” rintih Rio di telinga murid yang sangat disayanginya itu.

“Riioo.., sstt.., sstt..!” desis Rani pula berulangkali sesaat setelah lepas dari puncak orgasmenya!

Kedua telapak tangan Rio memangku bongkah pantat Rani. Telapak tangannya masih dapat merasakan kedutan-kedutan di bongkah pantat itu ketika gadis itu mencapai puncak orgasmenya. Dan dengan tenaga yang masih tersisa di tubuhnya, di tarik bongkah pantat yang kenyal itu agar mereka tak terjatuh.

Ia tak ingin gadis itu terjatuh karena ia masih ingin batang kemaluannya tetap terbenam dalam kelembutan vagina yang sempit itu. Vagina yang sangat dikaguminya, muda, segar, dan masih berwarna pink!

“Puas, Sayang?” bisik Rio sambil mengusap-usap punggung Rani.

“Puas banget!”

“Rio sangat menyayangi Rani.”

“Rani juga sangat sayang pada Rio,” kata Rani sambil mencium bibir Rio.

Mereka masih terus berciuman dengan mesra hingga batang kemaluan Rio mengkerut dan terlepas dari vagina Rani.

0 comments:

Post a Comment